Pertumbuhan Kultur Tunas Kentang Merah (Solanum Tuberosum) Pada Media MS (Murashige & Skoog) dengan Perlakuan Konsentrasi dan Jenis Sitokinin

Posted on
  • Wednesday, September 4, 2024
  • by
  • in
  • Label: , , , ,
  • Kentang (Solanum tuberosum) berperan penting untuk menunjang program diversifikasi pangan pokok selain serealia. Kentang merah yang merupakan salah satu komoditas lokal unggulan di beberapa daerah di Indonesia perlu dikembangkan untuk tujuan produksi maupun konservasi. Kultur jaringan tanaman merupakan salah satu metode yang tepat digunakan untuk tujuan tersebut. Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat meningkatkan multiplikasi tunas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi sitokinin terhadap pertumbuhan tunas kentang merah secara in vitro. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor yang diujikan adalah jenis zat pengatur tumbuh yaitu Kinetin, 2-iP dan BAP dengan konsentrasi 0.0, 0.5, 1.0 dan 2.0 mg/L. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buku dan jumlah akar. Pengamatan dilakukan setiap minggu hingga tunas berumur 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi sitokinin tidak berpengaruh terhadap tinggi tunas dan jumlah buku. Tunas tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa sitokinin. Perlakuan 0,5 mg/L 2-iP menghasilkan jumlah daun dan jumlah buku tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya kecuali jumlah buku pada perlakuan 1 mg/L kinetin. Jumlah akar terbanyak terdapat pada perlakuan 1 mg/L Kinetin dan 1 mg/L 2-iP.



    Rudiyanto, Rantau. "DE, & Ermayanti, TM (2016). Pertumbuhan Kultur Tunas Kentang Merah (Solanum tuberosum) pada Media MS (Murashige & Skoog) dengan Perlakuan Konsentrasi dan Jenis Sitokinin." Dalam Seminar Nasional XXV “kimia dalam Industri dan Lingkungan”, Yogyakarta. Vol. 17. 2016.


    Link Download

     
    Copyright (c) 2024 |Dr. Rudiyanto, SP., M.Si.|Associate Researcher at Research Center for Applied Botany BRIN, Indonesia