Kentang (Solanum
tuberosum) berperan penting untuk menunjang program diversifikasi pangan pokok
selain serealia. Kentang merah yang merupakan salah satu komoditas lokal
unggulan di beberapa daerah di Indonesia perlu dikembangkan untuk tujuan
produksi maupun konservasi. Kultur jaringan tanaman merupakan salah satu metode
yang tepat digunakan untuk tujuan tersebut. Sitokinin merupakan zat pengatur
tumbuh yang dapat meningkatkan multiplikasi tunas. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi sitokinin terhadap pertumbuhan
tunas kentang merah secara in vitro. Percobaan ini menggunakan rancangan acak
lengkap faktorial dengan faktor yang diujikan adalah jenis zat pengatur tumbuh
yaitu Kinetin, 2-iP dan BAP dengan konsentrasi 0.0, 0.5, 1.0 dan 2.0 mg/L.
Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buku dan jumlah
akar. Pengamatan dilakukan setiap minggu hingga tunas berumur 8 minggu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi sitokinin tidak berpengaruh terhadap tinggi
tunas dan jumlah buku. Tunas tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa sitokinin.
Perlakuan 0,5 mg/L 2-iP menghasilkan jumlah daun dan jumlah buku tertinggi
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya kecuali jumlah buku pada perlakuan 1
mg/L kinetin. Jumlah akar terbanyak terdapat pada perlakuan 1 mg/L Kinetin dan
1 mg/L 2-iP.
Rudiyanto, Rantau. "DE, & Ermayanti, TM (2016). Pertumbuhan Kultur Tunas Kentang Merah (Solanum tuberosum) pada Media MS (Murashige & Skoog) dengan Perlakuan Konsentrasi dan Jenis Sitokinin." Dalam Seminar Nasional XXV “kimia dalam Industri dan Lingkungan”, Yogyakarta. Vol. 17. 2016.