Kultur Tunas (Aguilaria malaccensis Lamk.) pada Beberapa Media dengan Penambahan Sitokinin untuk Konservasi In Vitro

Tanaman penghasil Gaharu merupakan jenis tumbuhan termasuk ke dalam daftar CITES Appendix II, sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi pengambilannya dari alam dan menggantikannya dengan tanaman Gaharu hasil budidaya. Aquilaria malaccensis adalah salah satu jenis tanaman Gaharu yang perlu dilakukan konservasi. Kultur jaringan merupakan salah satu teknik untuk konservasi tanaman secara in vitro. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kultur tunas A. malaccensis pada media MS dan WPM dengan penambahan sitokinin. Eksplan yang digunakan adalah tunas pucuk dan dua macam buku (buku atas dan buku paling bawah). Media perlakuan yang digunakan adalah media MS tanpa sikokinin, MS dengan penambahan 0,5 atau 1 ppm BAP, WPM dengan penambahan 0,5 ppm BAP atau 1 ppm zeatin, dan modifikasi MS dengan penambahan 0,1 ppm BAP. Parameter pengamatan meliputi tinggi eksplan, jumlah daun eksplan tertinggi, jumlah daun total, jumlah tunas samping, jumlah anakan dan jumlah akar, yang diamati setiap minggu selama 8 minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa media MS tanpa penambahan sitokinin terbaik untuk pertumbuhan tinggi tunas dan jumlah daun tunas tertinggi pada eksplan tunas pucuk, sedangkan modifikasi media MS dengan penambahan 1 ppm BAP terbaik untuk jumlah total daun dan jumlah tunas samping dari eksplan buku bawah. Eksplan buku atas membentuk akar pada media MS tanpa penambahan sitokinin. Media MS tanpa sitokinin juga terbaik untuk pembentukan anakan dari eksplan buku terbawah.



Hapsari, BW, Rudiyanto, Ermayanti, TM. 2019. Kultur Tunas (Aguilaria malaccensis Lamk.) pada Beberapa Media dengan Penambahan Sitokinin untuk Konservasi In Vitro. Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar. Pusat Penelitian Biologi, LIPI. 1: 297-309, 2018/9/27


Link Download

Artikel Selengkapnya...

Induksi Kalus Uwi Ungu (Dioscorea alata L.) Pada Media Ms dengan Penambahan BAP Yang Dikombinasikan dengan 2, 4-D

 Uwi ungu (Dioscorea alata L) merupakan tanaman herba monokotil yang menghasilkan umbi. Umbi uwi ungu mengandung karbohidrat dan berserat tinggi sehingga sangat potensial sebagai pangan fungsional. Perbanyakan uwi ungu secara konvensional adalah dengan umbinya. Keterbatasan pengadaan bibit dapat diatasi dengan teknik kultur jaringan. Modifikasi media diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian BAP yang dikombinasikan dengan 2,4-D pada media MS terhadap pembentukan kalus uwi ungu secara in vitro. Rancangan percobaan berupa rancangan acak lengkap faktorial menggunakan dua faktor yakni 0.0, 1.0 dan 1 mg/l BAP yang dikombinasikan dengan 0.0, 0.5, 1.0 dan 2.0 mg/l 2,4-D. Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi persentase terbentuknya kalus dan diameter kalus yang diamati setiap minggu dari umur 0-8 minggu setelah kultur serta quadran terbentuknya kalus dan kondisi eksplan pada umur 8 minggu. Pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian 0.0 dan 2.0 mg/l BAP yang ditambahkan dengan 0.5 mg/l 2,4-D menghasilkan persentase terbentuknya kalus, diameter kalus serta nilai kisaran quadran membentuk kalus yang tinggi. Pada kontrol dan perlakuan 1 mg/l BAP yang ditambahkan dengan 2 mg/l 2,4-D tidak terbentuk kalus. Eksplan uwi ungu pada perlakuan 0.0, 1.0 dan 2.0 mg/l BAP yang ditambahkan dengan 2 mg/l 2,4-D mengalami pencoklatan dan layu.


Rudiyanto, R., Wulandari, D. R., & Ermayanti, T. M. (2019, July). Induksi Kalus Uwi Ungu (Dioscorea alata L.) Pada Media Ms dengan Penambahan BAP Yang Dikombinasikan dengan 2, 4-D. In Prosiding Seminar Nasional Agroteknologi (Vol. 1, pp. 112-121).


Link Download

Artikel Selengkapnya...

Mikropropagasi Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) cv Kristal dengan Perlakuan Sitokinin

Guava (Psidium guajava L.) cv Kristal is a horticultural comodity that is popular in Indonesia due to its good taste and nutrition. Micropropagation is necessary to be carried out to support conventional propagation through for plant improvement and conservation purposes. The objective of this research was to investigate micropropagation of guava cv Kristal on MS medium containing cytokinin. Factorial completely randomized design were used as experimental design with three types of cytokinin i.e., Kinetin, 2-iP, BAP at 0; 0.5; 1.0; 2.0 mg/l respectively. Shoot height, number of leaves, number of nodes, number of shoots and number of roots were observed weekly from 0-8 weeks after planting. Anova analysis showed that type of cytokinin significantly affected numbers of leave, node, shoot and root but not significantly for shoot height. Concentration affected significantly to plant height and numbers of root, numbers of leave, node and shoots. Combination of three type of ctokinins and concentration affected on shootand root numbers, nembers of leave and node, and shoot height. Treatment with 1 mg/l kinetin gave the highest shoot height, and 0.5 – 2 mg/l BAP gave the highest number of leaves and number of nodes but the highest number of shoot were obtain by treatment BAP 1-2 mg/l. Additional of cytokinin had no significant effect on number of roots..


Rantau, D. E., D. R. Rudiyanto, and B. W. Wulandari. "Hapsari dan TM Ermayanti.(2018). Mikropropagasi Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) cv Kristal dengan Perlakuan Sitokinin." Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas untuk Kehidupan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat–Pusat Kajian Lingkungan dan Konservasi Alam. Fakultas Biologi–Universitas Nasional–Jakarta. Vol. 21. 2018.


Link Download

Artikel Selengkapnya...

Perlakuan Konsentrasi 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) dan Thidiazuron (TDZ) Terhadap Pembentukan Kalus Pada Helai Daun, Tangkai Daun dan Bonggol Tacca leontopetaloides

 

Tacca leontopetaloides (Linn.) O. Kuntze merupakan terna tahunan yang umbinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan alternatif. Umbi taka mengandung pati (amilosa dan amilopektin)yang mirip dengan kentang dan jagung. Salah satu teknik perbanyakan tanaman taka secara in vitro dapat dilakukan melalui pembentukan kalus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sumber eksplan dengan pemberian 2,4-D dan TDZ dalam media MS terhadap pembentukan kalus taka secara in vitro. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktor yang diujikan yakni eksplan helai daun, tangkai daun dan bonggol T. Leontopetaloides yang dikombinasikan dengan zat pengatur tumbuh 2,4D denganTDZ dengan konsentrasi 0.0, 0.25, 0.50 dan 1.00 mg/L. Peubah yang diamati yakni persentase eksplan membentuk kalus, respon pertumbuhan eksplan, dan diameter kalus. Data pengamatan dan pengambilan gambar dilakukan pada eksplan umur 8 minggusetelah kultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan eksplan bonggol dengan media MS dengan penambahan 2,4-D dan TDZ 1.00 mg/l menghasilkan persentase eksplan membentuk kalus dan diameter kalus yang tertinggi. Kalus tidak terbentuk pada perlakuan dengan sumber eksplan helai daun dengan penambahan 0.25; 0.50 dan 1.0 mg/L 2,4-D + 1,0 mg/L TDZ serta eksplan tangkai daun dengan penambahan 1.0 mg/L 2,4-D + 1.0 mg/L TDZ.


Rudiyanto, A. F. "Martin dan TM Ermayanti.(2016). Perlakuan Konsentrasi 2, 4Dichlorophenoxyacetic acid (2, 4-D) dan Thidiazuron (TDZ) Terhadap Pembentukan Kalus Pada Helai Daun, Tangkai Daun dan Bonggol Tacca leontopetaloides." Prosiding Seminar Nasional XXV “Kimia dalam Pembangunan. 2016.


Link Download

Artikel Selengkapnya...

Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. Pada Media MS dengan Pengurangan Kadar Gula dan Tutup Tabung Berventilasi

 Dahlia sp. merupakan tanaman hias yang menghasilkan umbi mengandung inulin yang bermanfaat sebagai antioksidan. Kultur jaringan tanaman diaplikasikan untuk menghasilkan bibit dahlia yang seragam, dalam waktu relatif singkat, dan tidak dipengaruhi musim. Modifikasi media dan lingkungan in vitro sering dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketegaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengurangan konsentrasi gula dan ventilasi pada tutup tabung kultur terhadap pertumbuhan tunas Dahlia sp. secara in vitro. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor yang diuji yakni gula dengan konsentrasi 10, 20 dan 30 g/l yang dikombinasikan dengan ventilasi tutup tabung berupa filter berjumlah 0, 1, 2 dan 4. Percobaan mempunyai 12 ulangan. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas samping serta jumlah akar, diamati 2 kali seminggu dari umur 0 – 4 minggu. Pengukuran diameter batang, bobot basah dan bobot kering dilakukan pada umur 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gula berpengaruh terhadap jumlah tunas samping sedangkan jumlah ventilasi filter berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Tidak terdapat interaksi antara 2 faktor yang diujikan. Pada umur 4 minggu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas samping serta jumlah akar yang tinggi terdapat pada perlakuan tanpa filter yang dikombinasikan dengan 10 dan 20 g/l gula, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan ventilasi 4 filter yang dikombinasikan dengan 30 g/l gula. Pada perlakuan ventilasi 2 filter yang dikombinasikan dengan 20 g/l gula menghasilkan diameter batang tertinggi, berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, pada perlakuan ini juga menghasilkan bobot basah dan bobot kering yang lebih tinggi.

Rudiyanto, R., Wulandari, D. R., & Ermayanti, T. M. (2018). Pertumbuhan kultur tunas Dahlia sp. pada media MS dengan pengurangan kadar gula dan tutup tabung berventilasi. Prosiding SEMNASTAN, 184-195.


 Link Download

 

Artikel Selengkapnya...

Pengaruh Pemberian Kompos dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Bibit Jati (Tectona Grantlis L) Hasil Perbanyakan Secara Kultur Jaringan

Tanaman jati memiliki kualitas kayu unggul dan pemanfaatannya luas. Kultur jaringan adalah salah satu teknik perbanyakan untuk bibit jati. Pembesaran bibit setelah aklimatisasi merupakan tahap penting untuk mendapatkan bibit dengan pertumbuhan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan beberapa jenis kompos dari sumber berbeda yang dikombinasikan dengan penyiraman pupuk organik hayati (POH) cair terhadap pertumbuhan bibit jati hasil kultur jaringan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor yang diujikan yakni 4 jenis kompos yang dikombinasikan dengan penyiraman 2 jenis PoH cair. Kompos diberikan pada media tanam sedangkan penyiraman dengan POH dilakukan dengan frekuensi 1 dan 2 rninggu sekali. variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jurnlah ruas, dan diameter batang. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali dari umur 0- 2A minggu setelah tanam. Jumlah akar dan panjang akar diamati pada umur 20 minggu. Data dianalisis dengan menggunakan uji DMRT. Hasil pengamatan menunjukkan jenis kompos berpengaruh signifikan terhadap tinggi tunas, jumlah ruas dan panjang akar, sedangkan frekuensi penyiraman dengan POH berpengaruh terhadap tinggi tunas, jumlah daun dan diameter batang. Pemberian kompos yang berasal dari serasah rumput di sekitar area Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong tanpa penyiraman POH cair menghasilkan tinggi tanaman-.jurnlah daun, dan diameter batang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Jumlah ruas tertinggi terdapat pada perlakuan kompos dari kawasan Cibinong Science Center. jumlah akar terbanyak dihasilkan dari perlakuan penggunaan kompos clari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI dengan aplikasi POH-I satu kali seminggu, sedangkan akar terpanjang dihasilkan dari kompos yang berasal dari Kebun Raya Bogor dengan aplikasi PoH-l dengan frekuensi penyiraman 2 minggu sekali.


Hapsari BW, Rudiyanto, Rantau DE, Ermayanti TM. 2017. Pengaruh Pemberian Kompos Dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Bibit Jati (Tectonia grandis L.) Hasil Perbanyakan Secara Kultur Jaringan. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Nasional. 1: 541-560


Link Download

Artikel Selengkapnya...

Somatic Embryo Germination of Jatropha curcas L in Presence of Sucrose and Poly Ethylene Glycol (PEG)

Jatropha curcas L. is a potential source of a non-edible biofuel. Conventional propagation of J. curcas technique has some limitations. Somatic embryo can produce a large number of embryos and obtain a large number of plants all year round. Treatment of sucrose in combination with polyethylene glycol (PEG) was proven to enhance germination of somatic embryos in many plant species. The aim of the study was to investigate the effect of sucrose in combination of PEG on somatic embryo germination in J. curcas. Globular somatic embryos at 0.025-0.030 g fresh weight having 0.4-0.5 cm in diameter were grown on MS medium solidified with 3 g/l of Gelzan supplemented with sucrose at 20, 30, 40, and 50 g/l in combination with PEG at 0, 2.5, 5, 10, and 15%. Results showed that the best medium for germination of J. curcas somatic embryo cultures was MS medium supplemented with 20 and 30 g/l of sucrose in combination with 5% of PEG. The numbers of germinated embryos per clump had significant enhancement on those medium compared with the control (PEG free treatment) (2.65 to 5.65) and (2.55 to 5.50). In addition, those treatments resulted in the highest percentage of clumps forming germinated embryos (100%), with an average of normal germinated embryos at 94.163 and 96.065%. The addition of 40 and 50 g/l of sucrose in combination with 15% of PEG caused all embryos to fail at germinating.


Rudiyanto, R., Efendi, D., & Ermayanti, T. M. (2014, June). Somatic embryo germination of Jatropha curcas L in presence of sucrose and poly ethylene glycol (PEG). In Annales Bogorienses (Vol. 18, No. 1, pp. 35-43).

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Perlakuan Media untuk Pertumbuhan Planlet dan Aklimatisasi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) Hasil Embrio-Genesis

Jatropha curcas Linn. merupakan salah satu tanaman yang berpotensi dikembangkan sebagai biofuel. Perbanyakan tanaman J. curcas dalam skala luas dapat dilakukan melalui pembentukan embrio somatik. Setelah embrio somatik mengalami perkecambahan, pada umumnya akan diikuti dengan pertumbuhan kecambah menjadi planlet kemudian planlet dapat diaklimatisasi dan ditanam di lapang. Pada beberapa jenis tanaman, planlet perlu dioptimasi pertumbuhannya agar di lapang mempunyai daya tumbuh yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh 2-iP terhadap pertumbuhan planlet J. curcas, mengetahui pengaruh media ½ MS yang dikombinasikan dengan IAA dan IBA terhadap perakaran planlet J. curcas dan melakukan aklimatisasi planlet J. curcas di rumah kaca. Stok embrio somatik J. curcas diperbanyak pada media MS dengan penambahan 0.25 mg/l 2,4-D selama 4 minggu kemudian embrio disubkultur pada media MS tanpa 2,4-D selama 8 minggu. Embrio yang telah berkembang dan membentuk kotiledon dikecambahkan pada media MS sampai umur 2 minggu hingga terbentuk planlet dengan 2-3 daun dan tinggi 1-1.5 cm. Planlet kemudian dikulturkan pada media perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media MS yang mengandung 2 mg/l 2-iP menghasilkan planlet dengan tinggi dan bobot basah tanaman tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada media ½ MS tanpa penambahan zat pengatur tumbuh IAA dan IBA menghasilkan jumlah akar terbanyak. Penambahan IAA dan IBA tidak berpengaruh terhadap pembentukan akar planlet J. curcas. Planlet yang berumur 10 minggu dengan perakaran baik dapat diaklimatisasi di rumah kaca dengan daya hidup 30 %.


Rudiyanto, Efendi, D., Ermayanti, T.M. 2014. Perlakuan Media untuk Pertumbuhan Planlet dan Aklimatisasi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) Hasil Embrio-Genesis. Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan". 2014/11/13. 23: 373-380


Link Download


Artikel Selengkapnya...

The effect of sucrose concentrations and different types of tube cap on in vitro growth of Dahlia (Dahlia sp.) using vermiculite as substrate

Dahlia sp. is an ornamental plant belongs to Compositae. Plantlets produced through conventional in vitro culture have low growth ability during acclimatization. The use of ventilation on in vitro culture is expected to affect the condition of the plantlet micro environment. Reducing sucrose concentration will improve the physiological functions of the plant. This study aimed to investigate the effect of reduction of sucrose concentrations and the use of various culture tube caps on the growth of shoots cultures of Dahlia sp. The experiments used was factorial completely randomized design with two factors ie. concentrations of sucrose (10, 20, and 30 g/l) in combination with four different type of tube caps (Al foil, transparent plastic, filter 1 cm and 2 cm). The experiments used vermiculite as substrate and MS medium with 9 replicates. Parameters observed were plant height, number of leaves, number of nodes, and number of roots which observed every week up to 8 weeks of culture. At 8 weeks culture, fresh weight, and dry weight were also recorded. The results showed that reducing sucrose concentration in combination with tube cap significantly affected on the growth of shoot height, number of leaves, nodes and roots as well as length of root. The highest Dahlia shoot was found in the media containing 10 g/l sucrose in tubes with plastic cap and in 20 g/l sucrose with 2 cm filter cap. The highest number of leaves and nodes was found in media containing 30g/l of sucrose using Al foil and 1 cm filter caps, both were significantly different with others. The highest fresh weight was found in MS medium containing 30 g/l of sucrose with 1 cm filter caps. Highest number of roots were found in the 10 g/l of sucrose using 1cm filter cap and in 30 g/l sucrose with a plastic cap.

Rudiyanto, R., Hapsari, B. W., Rantau, D. E., & Ermayanti, T. M. (2022). The effect of sucrose concentrations and different types of tube cap on in vitro growth of Dahlia (Dahlia sp.) using vermiculite as substrate. Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi10(2), 215-224.

Link Download

Artikel Selengkapnya...

Pengaruh Modifikasi KH2PO4, NH4NO3 dan Sukrosa terhadap Pertumbuhan Tunas serta Pembentukan Umbi Mikro Taka (Tacca leontopetaloides) secara In vitro

Polynesian arrowroot (Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze), which is one of the bulbous herbaceous plants, have high nutritional value. Modification of macro nutrients by reducing nitrogen content and increasing phosphorus on the medium gave affects on shoot growth and initiated micro tuber formation on in vitro cultures. The aim of this research was to determine the effect of modified macro nutrients in combination with the increase in sucrose concentrations on shoot growth and micro tuber formation of T. leontopetaloides. The experimental design was factorial completely randomized design.The factors tested were modifications of MS macro nutrients that were. M1 (170 mg/l KH2PO4 and 1650 mg/l NH4NO3; normal, control treatment); M2 (340 mg/l KH2PO4 and 825 mg/l NH4NO3); and M3 (680 mg/l KH2PO4 and 412.5 mg/l NH4NO3 in combination with 30 (S1) (control treatment), 40 (S2), 50 (S3) and 60 g/l of sucrose (S4). The variables tested were shoot height, number of leaves, number of roots and number of micro tuber which were observed weekly at 0-8 weeks after culturing. The results showed that the modification of macro nutrient in combination with sucrose concentration had significant effect on shoot height, number of leaves and number of roots but not significant on the number of tubers. The highest shoots were found in M1S3 treatment, the highest number of leaves was in M1S1 and M1S3 treatment and the highest number of roots was in M1S4 treatment. The number of tubers not significantly different between the treatments tested.


Rudiyanto, R., Hapsari, B. W., & Ermayanti, T. M. (2018). Pengaruh Modifikasi KH2PO4, NH4NO3 dan Sukrosa terhadap Pertumbuhan Tunas serta Pembentukan Umbi Mikro Taka (Tacca leontopetaloides) secara In vitro. JURNAL BIOLOGI INDONESIA14(1).
Artikel Selengkapnya...

Detection of Somaclonal Variation in Jatropha curcas Linn. Plantlets Regenerated from Somatic Embryo using ISSR Markers

Physic nut (Jatropha curcas Linn.) has the potential as a source of sustainable biofuels. Somatic embryo proliferation of J. curcas may cause somaclonal variations. This research aimed to investigate somaclonal variations of J. curcas somatic embryo derived-plantlet using ISSR markers. Somatic embryos of J. curcas at the globular phase were cultured on liquid MS medium supplemented with 0, 0.5, 1.0, 1.5, and 2.0 mg L-1 of 2,4-D. Parameter observed were embryos weight, embryos volume, colour, and size of embryos. After proliferation, the embryos were cultured on a germination medium until the cotyledonary phase. The plantlet’s leaves were used for DNA samples for ISSR analysis. The results showed that proliferation of J. curcas somatic embryos was optimal at MS medium supplemented with 1 mg L-1 2,4-D and produced the highest weight and volume of embryos. The furthest genetic distance occurred between the control and J. curcas plantlet which was regenerated from MS + 1 mg L-1 2,4-D which had 0.60 of similarity coefficient.


Rudiyanto, Efendi, D., Al-Hafiizh, E., & Ermayanti, T. M. (2021). DETEKSI VARIASI SOMAKLONAL PLANLET Jatropha curcas Linn. HASIL REGENERASI EMBRIO SOMATIK DENGAN MARKA MOLEKULAR ISSR. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI)8(1), 14-24.
Artikel Selengkapnya...

Induksi Poliploid Tacca leontopetaloides Linn Secara in vitro dengan Orizalin

Taka plant (Tacca leontopetaloides Linn.) which produces tubers useful for a source of carbohydrates. In Indonesia, this plant grows only at coastal areas. Tissue culture has been developed for conservation and mass propagation in many plant species. Increasing genetic diversity and plant productivity can be achieved by polyploidization. The aim of this research was to induce Taka polyploid plants in vitro culture using oryzalin. Experimental design was Completely Randomized Design with factors tested were 0, 7.5, 15, 30, 60 and 75 μM orizalyn. Every treatment has 20 replicates. The variables observed were: shoot height, number of leaves and number of roots which were observed weekly at 1-4 weeks after culture. Flowsitometer analysis was done to confirm of Taka ploidy. The results showed that shoot height and number of leaves on 0, 7.5, 15, 30, 60 and 75 μM of orizalyn were not significantly different. The highest number of roots was produced by control and 30 μM of oryzalin. Additional of 15 and 75 μM oryzalin produced highest tetraploid shoots. Mixoploid shoots were found with 75 μM oryzalin. Triploid shoots were only produced by 75 μM oryzalin, while hexaploid and octaploid shoots were produced by 7.5 and 15 μM oryzalin, respectively.


Martin, A. F., Rudiyanto, B. W. H., & Ermayanti, T. M. (2018). INDUKSI POLIPLOID TACCA LEONTOPETALOIDES LINN SECARA IN VITRO DENGAN ORIZALIN. Prosiding SemNas “Biodiversitas Untuk Kehidupan”; Jakarta.
Artikel Selengkapnya...
 
Copyright (c) 2024 |Dr. Rudiyanto, SP., M.Si.|Associate Researcher at Research Center for Applied Botany BRIN, Indonesia